The Garden of Words

Hujan, impian, puisi, dan cinta.


•••


Identitas buku:

Judul: The Garden of Words

Penulis: Makoto Shinkai

Artwork: Midori Motohashi

Penerbit: m&c! (Akasha)

Tahun: 2024

Jumlah: 200 halaman

ISBN: 9786230314957

Kategori: fiksi, komik, one shoot, tamat, romansa, cinta beda usia, penggalan hidup


•••


Blurbnya:

Kata-kata sangat kuat. Penghinaan dan rumor dapat menggagalkan karier seseorang; sedikit dorongan dapat memberi seseorang kekuatan untuk mengejar impian mereka.

Seperti yang dialami Takao, seorang siswa SMA yang ingin menjadi pembuat sepatu saat bertemu dengan seorang wanita ketika sedang berteduh dari guyuran hujan di sebuah taman.


Tanpa tahu nama, usia, dan pekerjaan masing-masing hati mereka semakin dekat …


•••


Garis besarnya:

Berlatar di Tokyo, Takao Akizuki (15), seorang siswa SMA yang bercita-cita menjadi desainer sepatu, alih-alih berangkat sekolah, memilih membolos pada jam pertama saat hujan turun dan pergi ke sebuah taman di Shinjuku untuk menggambar sketsa sepatu. 


Tidak terduga, di tempat itu, dia bertemu dengan seorang wanita misterius, c (27), yang tengah menikmati bir dan cokelat.


Pertemuan pertama lagi singkat tersebut mengantarkan keduanya pada perjumpaan-perjumpaan berikutnya. Tidak hanya sekali-dua, tetapi selalu pada hari-hari hujan selanjutnya. Tanpa pernah saling berkenalan, percakapan ringan menjadi obrolan, ketidaksengajaan menjadi kebiasaan … saling menanti kedatangan … saling menemukan kenyamanan dan pemahaman.


Suatu ketika, setelah musim hujan berakhir dan tidak lagi ada alasan membolos agar bisa pergi ke taman, Yukino terungkap sebagai guru yang mengajar di sekolah Takao. Fakta yang mengejutkan tersebut menarik perasaan-perasaan yang selama ini terpendam.


Tatkala keduanya bertemu lagi di taman, hujan turun deras membasahi tubuh mereka. Yukino mengajak Takao mengeringkan pakaian di apartemennya. Mereka mengobrol, menghabiskan waktu, dan secara tiba-tiba Takao mengungkapkan perasaannya kepada Yukino.


•••


Resensinya:

Siapa yang tidak kenal dengan Makoto Shinkai? Sutradara film anime dengan visual memanjakan mata lagi detail yang luar biasa serta perpaduan cerita dan musik yang tidak kalah mengena.


Setelah 5 Centimeter per second (resensi baca di sini), kali ini saya akan meresensi karya Makoto Shinkai yang telah dialihwanakan ke komik dari film anime dengan judul sama: The Garden of Words atau Kotonoha no Niwa.


Apa yang tebersit tatkala mendengar/membaca kata hujan? Barangkali ada yang menjawabnya dengan kerinduan, perpisahan, atau kenangan. Akan tetapi, Makoto Shinkai justru menempatkan hujan sebagai momen mempertemukan lagi mendekatkan.


Lewat The Garden of Words, Makoto Shinkai tidak sekadar menawarkan cinta beda usia maupun menyuguhkan hujan, melainkan turut mengajak pembaca menyelami nilai-nilai kehidupan seperti impian, kesedihan, ketakutan, kesendirian, hubungan, keputusasaan, penerimaan, harapan, dan kedewasaan melalui keseharian serta percakapan-percakapan dua karakter yang memiliki kemiripan permasalahan.


Seiring membalik halaman demi halaman, komik ini menyingkap lapisan-lapisan kompleksitas dari dua tokoh utamanya. Makoto Shinkai apik menghadirkan narasi perihal rumitnya hubungan antarmanusia dan perjuangan personal. Pembaca bakal mendapati kematangan pribadi Takao padahal usianya terbilang muda, serta gigih mengejar mimpi menjadi desainer sepatu. Sementara Yukino menjadi sosok yang tengah terombang-ambing menghadapi permasalahan, mencoba berjuang menghadapi tekanan-tekanan.


Kepiawaian Makoto Shinkai dalam mengolah kisah cinta sederhana menjadi berbeda tidak diragukan lagi. Cinta berjarak masih menjadi ciri khasnya. Kali ini cinta yang biasa terjadi, tetapi cukup sensitif: cinta beda usia, antara guru dan murid. Paham, kan, bagian mana yang sensitif dan bagian mana yang biasa? Saya tekankan, cinta beda usia itu biasa. Hubungan laki-laki lebih tua ketimbang perempuan itu jamak, perempuan yang lebih dewasa daripada laki-laki juga pastinya ada, kan. Akan tetapi, cinta antara guru dan murid, apalagi masih satu sekolahan, biasanya mengundang banyak julidan. 


Saya menyukai bagaimana Makoto Shinkai perlahan-lahan menggambarkan perkembangan hubungan mereka melalui pertemuan-pertemuan, percakapan-percakapan ringan, sampai momen-momen tanpa kata, tetapi penuh makna; bahkan mempertahankan jalinan itu menguat tanpa keduanya perlu mengetahui kehidupan masing-masing sampai rahasia-rahasia mulai terungkap, menghadirkan konflik emosional antara keduanya, menarik perasaan-perasaan yang selama ini terpendam, dan mendesak mereka untuk menghadapi dan menerima kenyataan. 


Cinta tidak harus bersama. Harapan akan selalu ada. Barangkali dua hal itu yang menyertai kisah asmara perbedaan usia kali ini. Namun bicara cinta, tidak melulu harus bareng, bukan? Tidak harus memiliki, bukan? Begitulah hidup. Itulah cerita cinta yang juga dialami banyak orang. Dan buku ini cukup berhasil pula menyajikan tema sensitif dengan baik, melihat makna hubungan yang melampaui norma sosial.


Tidak ketinggalan, The Garden of Words penuh metafora yang memperkaya cerita. Hujan, sebagai jembatan pertemuan dua karakter utama yang berlatar belakang berbeda, dapat dipandang sebagai harapan. Sepatu dimaknai pertumbuhan kita selaku individu untuk melangkah maju dan berani menjalani kehidupan. Judul The Garden of Words menyoroti pentingnya kejujuran kata-kata dan perlunya komunikasi dalam kehidupan dan hubungan.


Selain itu, komik ini menampilkan referensi puisi klasik Jepang: tanka. Ciri khas lainnya Makoto Shinkai pada setiap karyanya (terutama film anime) gemar menggunakan scoring musik untuk menggerakkan plot juga menggantikan dialog. Kali ini puisi menambah kedalaman budaya serta mengekspresikan suara para tokoh yang tidak terucap. Coba nonton filmnya, maknyes banget. Sungguh.

Tanka


Ilustrasi komik ini menarik, plot cerita kompleks, perkembangan ceritanya juga asyik. Buku ini saya rekomendasikan untuk penggemar Makoto Shinkai (terutama yang penasaran dengan akhir cerita filmnya yang menggantung), pencinta kisah cinta, maupun penyuka cerita-cerita ringan dengan tema menarik.

 

Sudah nonton? Sudah baca? Minat baca?


Posting Komentar

0 Komentar