Revenge Club



Tatkala korban perundungan membalas dendam dengan jalan pembunuhan.

•••

Identitas buku:

Judul: Revenge Club (1-3)

Penulis: Anajiro, Aoisei

Penerbit: Akasha (m&c!)

Tahun: 2021

Jumlah: 600 halaman (3 buku)

ISBN: buku 1: 9786230304750; buku 2: 9786230305344; buku 3: 9786230305917

Kategori: fiksi (komik), misteri, thriller, kekerasan, perundungan


•••

⭐: 4.5/5


Blurbnya:

Buku 1

Ketika penindasan tak tertahankan lagi, seorang murid SMP meledakkan kelasnya dengan bom. Tiga tahun berlalu, kini 7 orang yang selamat berkumpul di tempat yang sama. Dimulailah penyelidikan mencekam, karena salah seorang dari mereka telah membantu si pelaku peledakan…


Buku 2

Suasana kian mencekam selama Bully Trial digelar dan ditayangkan secara langsung di internet. Satu per satu korban mulai berjatuhan, saat gadis yang selama ini tertindas beraksi balas dendam!


Buku 3

“Dendam ini harus dibalas tuntas… Aku ingin mereka mati semua!” Dengan mengenakan rompi bom, Akane digiring Mutsumi ke teras sekolah, Negosiasi tegang antara teroris dan polisi dimulai!


•••


Garis besarnya:

“Hari itu, 3 tahun yang lalu … ada seseorang di kelas ini yang memberikan bom itu pada Nakagoshi.”


Ada 34 murid di kelas 1-3 SMP Shiroiwa. Hanya 7 orang yang selamat. Nakagoshi Hijiri jadi korban penindasan kejam … aksi balas dendamnya dikenal sebagai kasus “Peledakan SMP Shiroiwa”. Selama tiga tahun berlalu, Shindou Takumi menyelidiki kejadian tersebut, memetakan satu per satu motif keenam teman sekelasnya. Mereka bertujuh kemudian berkumpul untuk membahas peristiwa tragis tersebut. Namun, sang pelaku tidak tinggal diam, dia berencana untuk menghabisi semua yang selamat saat itu pada pertemuan tersebut, bahkan dengan cara yang sama: bom.


Pada saat yang sama di SMA Swasta di Tokyo, Serizawa Mutsumi yang menjadi target penindasan teman-temannya selama dia bersekolah bermaksud balas dendam dengan cara bunuh diri bersama mereka semua di kelas dengan menggunakan bom. Akan tetapi sebelum dia menjalankan aksinya, dia melakukan Bully Trial, sebuah permainan mengerikan yang dibuat agar teman-temannya merasakan apa yang dulu dia rasakan saat tertindas sekaligus menggunakan nyawa sebagai taruhannya. Permainan itu juga disiarkan langsung di internet.


•••


Resensinya:

Barangkali Anda pernah merasakan debar jantung terus meningkat saat membaca sebuah buku dari awal hingga akhir, lembar demi lembar, dan bahkan seusai membacanya pun sensasi tersebut tidak serta merta lenyap. Anda masih bisa merasakan ketegangan menyergap bersamaan dengan kacaunya aliran darah di seluruh tubuh dan tidak lama setelah menutup buku, Anda pun misuh-misuh karena geregetan.


Yah, itu yang saya rasakan setelah membaca Revenge Club.


Revenge Club, komik yang bertema tentang perundungan dan pembalasan dendam oleh korban perisakan. Penulis mencoba mengangkat fenomena yang sangat dekat dan kerap terjadi khususnya di lingkungan sekolah. Dalam buku ini, baik pengajar maupun teman sekelas menutup mata perihal kejadian atau korban perundungan, ada pula yang ikut serta dalam pusaran penindasan sehingga efek yang dirasakan korban lebih menyedihkan, tidak ada yang membela atau memedulikannya–di lapangan pasti banyak yang demikian, bukan? Penulis juga menuturkan cara yang dilakukan korban untuk mengakhiri kekejaman yang ditelannya setiap saat dengan cara yang tidak kalah kejinya.


Menggunakan dua plot cerita yang terjadi secara bersamaan: pertama, mengungkap misteri siapa dalang sesungguhnya dari kejadian bom bunuh diri tiga tahun yang lalu; yang kedua mengisahkan upaya menuntaskan dendam kepada para perundung dengan menyeret semua orang, siapa pun, untuk ikut dalam petaka yang mengerikan dengan ancaman bom. Menariknya, meski dua kisah tersebut berjalan terpisah, tetapi ada benang merah yang berujung pada sebuah perkumpulan/organisasi gelap yang menaungi para jiwa-jiwa yang terluka sebab penindasan untuk menyebar teror bunuh diri di sekolah-sekolah.


Penulis piawai menggunakan psikologi ketakutan manusia yang secara alamiah akan rela melakukan hal-hal di luar nalar jika dibenturkan pada kematian dan sakit hati tidak berkesudahan untuk membalaskan dendam. Selain itu, penulis juga mampu menjaga ritme cerita pada setiap lembarnya di tiga buku. Benar-benar pengalaman membaca yang tidak memberikan jeda mengatur napas barang sedetik pun, sebab sampai halaman terakhir penuh dengan misteri dan kejutan yang berlapis-lapis. Pembaca juga diajak menerka whodunnit dalam baluran cerita pengkhianatan dan merasakan ketegangan mencekam karena ledakan bom yang sering muncul.


Meski menggunakan remaja sebagai tokoh dalam cerita, komik Revenge Club tidak seceria itu. Buku ini cenderung gelap, penuh adegan sadis, tidak bermoral, potongan-potongan tubuh–meski diblur–serta kekerasan nyata yang memenuhi panel-panelnya. Didukung dengan goresan art yang mumpuni membuat komik ini makin mengaduk-aduk emosi, utamanya  terhadap pilihan korban memakai jalur tanpa ampun tersebut.


Lantas bagaimana dengan ending-nya? Seperti yang saya sampaikan di awal bahwa buku ini berhasil menciptakan ketegangan bahkan sampai saya menutup bukunya. Pelaku pada cerita pertama pun saya berhasil menebaknya. Lantas apa yang membuat saya misuh-misuh? Geregetan sebab tidak dijelaskan lebih lanjut perkumpulan–sebut saja–Klub Balas Dendam itu. Masih menimbulkan tanda tanya: Mengapa, bagaimana, kok bisa, siapa itu ‘sensei’, dari mana bisa dapat bom, dst. Karena percuma saya tidak mendapatkan jawaban apa pun, saya biarkan saja tetap menjadi misteri, sebagaimana konsep cerita komik ini–atau mungkin entah kapan akan ada sekuelnya? Saya juga kurang tahu.


Revenge Club, sebuah serial komik memilukan yang mengungkapkan betapa mengerikannya perundungan serta dampaknya terhadap korban. Alih-alih menginspirasi untuk melakukan aksi balas dendam, buku ini menjadi pengingat bahwa perisakan adalah tragedi dan tindakan main hakim sendiri sebagai upaya perlawanan juga tidak dibenarkan. Patuhi label dewasa yang tersemat dalam kover buku, serta cocok untuk pembaca yang bisa berpikir secara positif dan terbuka.


Tertarik membacanya?


•••


Kutipannya:

Aku ingin mengubah dunia ini. Dunia tanpa penindasan. Di mana orang lemah tak diinjak-injak. (Buku 3)


Semua murid punya impian dan masa depan, tapi kau merampas semuanya dari mereka. (Buku 3)


Bom tak bisa mengubah apa pun di dunia ini, yang mengubah dunia adalah upaya manusia, sekecil apa pun. (Buku 3)


Penindasan sama seperti pembunuhan … tak seorang pun berhak merampas nyawa manusia. (Buku 3)


Pada prinsipnya manusia adalah makhluk licik. Mereka gentar pada orang yang lebih kuat. Yang membuat mereka bersikap brutal pada yang lebih lemah agar bisa menganggap diri mereka hebat. Saat ini keberadaan kita sangat mencekam mereka, tapi suatu saat nanti, mereka pasti lupa … penindasan tak akan pernah hilang. (Buku 3)












Posting Komentar

0 Komentar