Funiculi Funicula: Kisah-Kisah yang Baru Terungkap

 


Foto: koleksi pribadi


Apa penyesalan terbesarmu?

Jika dengan melintasi waktu bisa mengubah keadaan, apakah kamu ingin mencobanya?

Namun, bagaimana jika seandainya tetap tidak ada yang berubah?





•••


Identitas buku:

Judul: Funiculi Funicula: Kisah-Kisah yang Baru Terungkap 

Penulis: Toshikazu Kawaguchi 

Penerbit: GPU 

Tahun: 2022 

Jumlah: 200 halaman 

ISBN: 9786020663845


•••


⭐⭐⭐⭐/5


Blurb:

Funiculi Funicula, sebuah kafe di gang sempit di Tokyo, masih kerap didatangi oleh orang-orang yang ingin menjelajah waktu. Peraturan-peraturan yang merepotkan masih berlaku, tetapi itu semua tidak menyurutkan harapan mereka untuk memutar waktu.

Kali ini ada seorang pria yang ingin kembali ke masa lalu untuk menemui sahabat yang putrinya ia besarkan, seorang putra putus asa yang tidak menghadiri pemakanan ibunya, seorang pria sekarat yang ingin melompat kedua tahun kemudian untuk memastikan kekasihnya bahagia, dan seorang detektif yang ingin memberi istrinya hadiah ulang tahun untuk pertama sekaligus terakhir kalinya.

Kenyataan memang akan tetap sama. Namun dalam singkatnya durasi sampai kopi mendingin, mungkin masih tersisa waktu bagi mereka untuk menghapus penyesalan, membebaskan diri dari rasa bersalah atau mungkin melihat terwujudnya harapan.


•••


Resensinya:

Tidak makan waktu untuk menamatkannya. Sekuel ini terdiri atas empat cerita pendek dengan konflik dan penyelesaiannya masing-masing. Meski demikian, ada benang merah yang tetap terhubung, yang menurut saya merupakan cerita kelima sekaligus penjelas dari subjudul buku ‘Kisah-Kisah yang Baru Terungkap’, yakni Kazu dan sang wanita berbaju putih.

Kisah Kazu dan wanita berbaju putih tersebar sepotong demi sepotong pada empat cerita pendek. Perlahan penulis mengurai alasan mengapa Kazu yang menjadi Kang Seduh Kopi untuk mereka yang ingin memutar waktu hingga asal usul wanita berbaju putih.

Novel ini masih dengan konsep yang sama seperti buku pertamanya yakni tentang kerapuhan hati manusia, lalu melakukan perjalanan waktu untuk mengungkapkannya, dan ... selesai. Mereka yang menjelajahi waktu semuanya memiliki persepsi dan sudut pandang sendiri atas situasi yang sedang dirasakannya, dan begitu diungkapkan kepada seseorang yang ditemuinya, ternyata ... enggak gitu juga.


Inilah ciri khas dari novel Funiculi Funicula: manusia memerlukan keluasan sudut pandang. Jadi tidak selalunya orang lain harus berpikiran sama dengan kita. Selain itu, buku ini juga mengusung tema: memaafkan diri sendiri dan kebahagiaan.


Hal yang membosankan dari novel ini: pertama, peraturan yang selalu ditanyakan, diulang, dan dijelaskan. Kedua, semua cerita memiliki pola dan plot yang sama: datang ke kafe-memutar waktu-ketemu-selesai. Apa yang beda? Tokoh dan ceritanya. 


Bagi yang belum baca buku pertamanya, tidak usah khawatir, tetap akan paham, asyik, dan menarik, kok. Ada diagram karakter yang membantu memudahkan pembaca untuk mengenal masing-masing tokoh beserta hubungannya.


Ceritanya menghangatkan, bahasanya sederhana, mudah dipahami, dan termasuk bacaan ringan. Ini cocok untuk pembaca yang mencari bacaan santai, tetapi nendang alias menyentuh kalbu. Novel ini mengajak pembaca untuk berpikir kembali atas pilihan-pilihan apa saja yang telah kita lakukan dalam hidup serta menemukan kebahagiaan.


Tips saya buat baca buku ini cuma tiga: cari tempat tenang, waktu yang lapang, dan sediakan tisu karena bakal banyak genangan.


•••


Tidak ada yang lebih menyakitkan daripada orang tua yang tidak bisa menyelamatkan anaknya dari keinginan untuk mati. (Hal. 114)


Sebesar apa pun penyesalan saya, itu tidak akan mengembalikan orang yang telah tiada. (Hal. 164)


Tidak ada yang tahu hati seseorang. Ketika kita sendiri sedang kebingungan, perasaan orang yang penting bagi kita pun terabaikan. (Hal. 189)







Posting Komentar

0 Komentar