![]() |
Pembunuhan dapat terjadi di mana saja dan kapan saja, termasuk di sebuah kota kecil, terpencil, dan nyaris terlupakan di tengah pandemi Covid-19. |
Identitas buku:
Judul: Black Showman dan Pembunuhan di Kota Tak Bernama
Penulis: Keigo Higashino
Penerbit: GPU
Tahun: 2021
Jumlah: 520 halaman
ISBN: 9786020657691
•••
⭐: 4.5/5
Blurb:
Pembunuhan dapat terjadi di mana saja dan kapan saja, termasuk di sebuah kota kecil, terpencil, dan nyaris terlupakan di tengah pandemi Covid-19.
Seorang mantan guru SMP ditemukan tewas tercekik di halaman rumahnya sendiri. Polisi tidak tahu apakah ini pembunuhan terencana, pembunuhan tak disengaja, atau aksi pencurian yang berakhir dengan pembunuhan. Korban adalah guru yang disegani. Setelah pensiun pun, mantan murid-muridnya sering menghubunginya untuk meminta bantuan atau nasihat. Jadi, tentu saja para mantan muridnya, yang pulang ke kota itu demi menghadiri reuni, termasuk dalam daftar orang-orang yang dicurigai.
Polisi kebingungan, dan si pembunuh lega karena identitasnya tidak akan pernah ketahuan.
Namun, ia tidak menyangka bahwa putri korban akan muncul bersama pamannya—seorang mantan pesulap eksentrik—dan ikut menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi dan mencari tahu siapa yang membunuh Kamio Eiichi.
•••
Garis besarnya:
Saat fokus dengan persiapan pernikahan, tiba-tiba Kamio Mayo mendapat kabar sang ayah meninggal dunia. Dia lantas kembali ke kampung halamannya, sebuah kota tidak bernama. Namun, tatkala sampai di rumah, Mayo mendapat dua kejutan. Kejutan pertama datang dari polisi yang mengatakan bahwa sang ayah meninggal karena dibunuh dan saat ini sedang dalam tahap penyelidikan. Kejutan berikutnya munculnya Kamio Takeshi, pamannya yang nyaris tidak pernah pulang.
Tidak terlalu percaya dengan kinerja kepolisian, Kamio Takeshi pun ingin mengungkap siapa pelaku yang menyebabkan kakaknya terbunuh. Bersama dengan Mayo, keduanya menelusuri alibi teman-teman sekelas Mayo.
•••
Resensinya:
Black Showman dan Pembunuhan di Kota Tak Bernama termasuk kategori novel misteri yang lebih menonjolkan whodunit, bukan how atau why. Mengambil latar pandemi Covid-19, pembaca akan lebih memahami betapa sulitnya menjalankan sektor-sektor fundamental yang terjadi dalam buku ini sekaligus perubahan sosial kemasyarakatannya menuju new era.
Pada awal-awal bab, Keigo-sensei akan langsung menyuguhkan banyak informasi: kota tidak bernama, dampak wabah, hingga para tokoh yang tidak sekadar dua atau lima, tetapi semuanya. Benar, semuanya dengan karakternya masing-masing. Namun, tidak lama temponya melambat dan perlahan pada bab-bab selanjutnya, khas serial bacaan detektif yang memberikan ruang bagi pembacanya untuk ikut mengunyah alibi saksi dan mengeksplorasi TKP sehingga bisa ikut berpartisipasi menganalisis. Kejelian pembaca pun ikut teruji. Keigo-sensei mampu memberikan alibi sama kuatnya kepada setiap tokoh yang masuk dalam daftar tersangka. Semua latar dan tokoh dalam novel ini saling terkait dan tidak mubazir, sebab memiliki peran penting yang membuat cerita ini bergerak.
Buku ini asyik, enak dibaca, bahasanya mudah dipahami, meski—menurut saya—kurang menegangkan. Mungkin karena mengusung tema reuni sehingga nuansa nostalgia terasa kental. Meski demikian, tetap seru kok, Ges! Apalagi pasangan paman-keponakan: Takeshi-Mayo yang menggemaskan karena menyuguhkan adegan lucu gara-gara karakter Takeshi yang pelit, nyentrik, dan unik, sementara Mayo cenderung polos dan loading lama. Oh iya, Takeshi sendiri dalam mengungkap siapa pelaku pembunuhan kakaknya itu menggunakan pendekatan psikologi manusia, alih-alih pembuktian alibi seperti yang dilakukan pihak kepolisian di buku tersebut.
Menuju bagian akhir, Keigo-sensei mulai membuka perlahan jawaban misteri pembunuhan. Saran saya saat membaca ini jangan mengharapkan twist yang 'wow'. Namun, untuk motifnya saya bisa bilang 'waaw ....'. Penyelesaian kasus dieksekusi keren oleh Keigo-sensei, begitu masuk akal, rapi, dan apik.
Semoga ada kelanjutan lagi untuk sepak terjang Takeshi pada novel Keigo berikutnya, sebab masih banyak misteri yang melingkupi tokoh yang satu ini. Ah, Taksehi memang memorable.
•••
Pola sifat manusia semuanya hampir sama. (Hal. 146)

0 Komentar