Tak Ada Asu di Antara Kita: Merayakan Asu di Antara Kita

 

Tak Ada Asu di Antara Kita adalah kumpulan cerpen (kumcer) perdana karya Joko Pinurbo. Ada 15 cerpen berilustrasi penuh warna di dalam buku ini. Tokoh-tokoh ceritanya jauh dari gemerlap, cenderung getir namun sekaligus jenaka. Ada ibu, anak, kakek, Pak RT, penjaga warung, guru, kursi, batu, copet, koruptor, dan tentu, asu tidak ketinggalan. Cerita mereka yang selama ini mungkin dekat dengan kita namun kadang luput dari perhatian. Sebagai kejutan, Jokpin menyisipkan satu puisi terbaru di dalam kumpulan cerita ini.

•••

Identitas buku:

Judul: Tak Ada Asu di Antara Kita

Penulis: Joko Pinurbo

Penerbit: GPU

Tahun: 2023 

Jumlah: 103 halaman

ISBN: 9786020667270

•••

⭐⭐⭐⭐/5

Blurbnya:

Tukang bakso itu merasa dirinya punya hak istimewa sehingga ia jengkel ketika mendapati seorang pemuda sedang teler di atas kursi sukir. Tampaknya ia sedang mabuk. Mabuk agama. Ia meracau menyerukan kata-kata suci, menyebut-nyebut Tuhan dan surga, sambil matanya membelalak dan tangannya menuding si penjual bakso. Si tukang bakso mencubit pipinya: “Hai, kau masih di dunia. Ayo bangun, kerja. Jingan!”

(cerpen “Kursi Sukir”)

***

Resensinya:

ini ibu budi. ibu budi menunggu budi di atas bangku di trotoar kota yang riuh sekali. ibu budi lelah mencari budi kian kemari, di mana-mana ibu budi bertemu budi, tapi tidak bertemu budi yang ibu budi cari. (ini ibu budi, hal. 64)

Bernostalgia dengan sampul buku yang unik dan berbeda, kemudian berlanjut penasaran dan mencari-cari keberadaan asu pada cerpen-cerpen Jokpin, sungguh itu asu tidak sekadar menghantui setiap kisah, melainkan juga pada kover—lagi mejeng santuy, Ges—dan pembatas bukunya.

Kita mengenal sosok Joko Pinurbo atau akrab dipanggil Jokpin sebagai sosok yang melahirkan banyak puisi yang tokcer. Tak Ada Asu di Antara Kita merupakan kumpulan cerpen perdananya, menyajikan kisah yang terlihat biasa dengan konflik sederhana, tetapi mengusung isu sehari-hari. Ada "Siraman Rohani" yang mengisahkan kenakalan remaja dan upaya orangtua menginsafkan anaknya; "Perjamuan Petang bersama Keluarga Khong Guan" memotret keintiman keluarga yang tergerus canggihnya ponsel dan momentum indahnya berkumpul bersama; "Duel" dua orang penulis tua yang ribut karena persoalan awalan di- dan kata depan di yang berujung gontok-gontokan; "Korban Hoaks" menjelma sebagai representasi disinformasi serta pencitraan yang tidak sesuai kenyataan; lewat "Cakrawala" menusuk hubungan ibu-anak yang berjarak; dan masih ada sepuluh cerpen lainnya yang lekat dengan kita.

Melalui buku ini, pembaca dapat menikmati permainan kata ala Jokpin dan bonus ilustrasi berwarna yang memanjakan plus menggemaskan. Tokoh-tokohnya memiliki kebanyolan, kenakalan, kekhilafan, dan lain sebagainya yang membuat kita becermin. Salah dua favorit saya: ini ibu budi dan Cakrawala.

Tak Ada Asu di Antara Kita, sebuah buku kumpulan cerpen yang membicarakan hidup kita sendiri yang menyenangkan, tetapi tidak jarang begitu asu sekali.

Gimana, tertarik baca?

•••

Kutipannya:

... tak ada cara pintas untuk melawan kemiskinan. (Ayah Jinggo, Kursi Ongkang, halaman 49)

Guru terbaik adalah guru yang bahagia. Bahagia mengajar. (Ibu Menur, Guru Bahagia, halaman 52)

Bagimu hidupmu, bagiku hidupku. (Ruri, Guru Bahagia, halaman 58)

Semua sudah dimaafkan sebab kita pernah goblok bersama. (Markiwo, Duel, halaman 77)

Pencitraan palsu seperti itu bisa melahirkan hipokrisi sosial, Pak. Membuat orang merasa nyaman dan aman sehingga enak saja ngibul sana tipu sini dan orang-orang menganggapnya wajar. Bayangkan, tukang palak dan tukang tilep dielu-elukan sebagai panutan umat. Tukang fitnah dibela dan dianggap sebagai pejuang kebenaran. (Subagus, Korban Hoaks, halaman 82)




Posting Komentar

0 Komentar