Panduan atau kisi-kisi bagaimana seorang muslim bisa sukses PDKT kepada Tuhan. Simak caranya!
Identitas buku:
Judul: Seni Merayu Tuhan
Penulis: Husein Ja'far Al-Hadar
Penerbit: Mizan Publishing
Tahun: cetakan keenam, 2022
Jumlah: 228 halaman
ISBN: 9786024412555
Kategori: Nonfiksi
•••
⭐: 4.8/5
Blurbnya:
Sejatinya, jarak terdekat kita dengan Tuhan adalah ketika kita merayu Dia. Karena kata Nabi Muhammad Saw., Tuhan adalah Kekasih tertinggi kita, yang Maha indah dan menyukai keindahan. Kata para sufi, satu sujud saja—yang betul-betul dalam keadaan penghambaan yang tinggi—akan mengetuk rahmat-Nya, sehingga Dia akan memberikan segalanya, termasuk surga-Nya. Itulah tujuan merayu Tuhan, yakni penghambaan yang tulus sekaligus indah kepada-Nya. Bukan sekadar ritual belaka.
•••
Resensinya:
Membaca lembar-lembar awal buku ini saya langsung tertampar. Kalimatnya membuat saya merasa menjadi manusia yang kufur nikmat dan kurang bersyukur atas banyak nikmat yang diberikan Tuhan.
Seperti judulnya, Seni Merayu Tuhan merupakan sebuah buku yang berisi kisi-kisi bagaimana seorang muslim bisa sukses PDKT kepada Tuhan. Pendekatan kepada Sang Pencipta Semesta itu ada tekniknya, ada seninya, tidak sekadar ritual agama yang sesuai template semata, melainkan juga perlu menambahkan sentuhan-sentuhan “manis” di dalamnya.
Buku ini terbagi atas empat subbab yang setiap judulnya sudah mewakili poin-poin penting yang ingin disampaikan penulis, yakni Beragama dengan Cinta, Beragama dengan Keberagaman, Beragama dengan Akhlak, dan Beragama dengan Tulus, alias mencerminkan hati, pikiran/rasional, dan tingkah laku. Secara garis besar, dalam pandangan saya tentang buku ini lebih banyak berbicara soal ihsan, alih-alih iman, serta ikhlas.
Kalau masih ada yang bertanya apa itu ikhlas, jawabannya sederhana, baca Surah Al-Ikhlas dalam Al-Quran. Tak akan ditemui kata ikhlas di dalamnya. Begitulah ikhlas, yakni mengamalkan sesuatu tanpa menyebut-nyebutnya. (Halaman 172)
Dengan gaya bahasa tanpa ba-bi-bu alias to the point, ringan, dan mudah dipahami, pembaca dapat langsung menangkap intisari dari topik yang diangkat, sebab penulis sudah memberikan cetak tebal pada bagian terpentingnya.
Membaca buku ini menjadi penyejuk sekaligus pengingat bahwa kita itu, tuh, senantiasa dicintai oleh Tuhan, meski kerap kali iman kita naik-turun, benderang-berkabut. Seni Merayu Tuhan mengajarkan pembaca untuk terus dan terus memperbaiki hubungan diri dengan Tuhan: pelan-pelan, Ges; santuy dan enjoy aja, Sis-Bro; takar kemampuan diri Lo; lakukan kebaikan, Gan; jalankan dengan ikhlas, Kak; kemudian konsisten. Untuk apa? Demi cinta. Yang tumbuh dan mekar adalah cinta kepada Tuhan, sebuah ketakwaan yang—semoga—mengetuk rahmat Tuhan.
Seni Merayu Tuhan, sebuah buku yang mengurai keseimbangan ibadah ritual dengan ibadah sosial—pun ibadah media sosial . Tidak melulu perihal kewajiban-larangan Tuhan apalagi surga-neraka, melainkan mengenai adab kita sebagai hamba-Nya dan manusia.
•••
Kutipannya:
Sebegitu unlimited-nya nikmat Tuhan atas kita, hingga jangankan untuk dibalas, sekadar menjaga salah satu nikmat paling sederhana saja, kita sering abai. (Halaman 11)
Pernahkah kita mempertimbangkan Tuhannya anak-anak yang polos? Tuhannya anak-anak itu adalah pemahaman tentang Tuhan yang lebih kukuh dengan kepolosannya. Pasalnya dalam imajinasi dan pikiran anak-anak, Tuhan benar-benar sebagai Zat Yang Mahasempurna; Zat Yang Mahabaik; Zat Yang Maha Pemaaf; Zat Yang Bersahabat, dan seterusnya. (Halaman 42-43)
Di antara kunci "seni" rayuan kepada Tuhan dalam bentuk doa adalah jangan mendikte. (Halaman 55)
Memaafkan orang yang menzalimi kita adalah salah satu rayuan untuk Tuhan. (Halaman 67)
Karena bersama Allah, semua baik-baik saja, seburuk apa pun yang menimpa kita. (Halaman 207)

0 Komentar