Selamat datang di perjalanan quarter life crisis.
Identitas buku:
Judul: Solanin (Special Edition)
Penulis: Inio Asano
Penerbit: Akasha (m&c!)
Tahun: 2023
Jumlah: 472 halaman
ISBN: 9786230310966
Kategori: komik, fiksi, penggalan hidup, musik.
•••
⭐⭐⭐⭐⭐/5
Blurbnya:
Saat ini pun, kadang melodi itu masih terdengar kembali.
Tapi aku takkan bisa kembali ke diriku di masa itu… karena aku sudah berjalan terlalu jauh.
Dan aku akan terus melangkah maju.
Meski jalan itu berliku tajam dan membentang sampai ujung dunia.
•••
Garis besarnya:
Meiko Inoue dan Naruo Taneda, sepasang kekasih yang bertemu sejak masa kuliah hingga memutuskan tinggal bersama di apartemen untuk menghemat biaya usai keduanya lulus dan bekerja. Meiko bekerja sebagai pegawai kantoran, sedangkan Naruo bekerja sambilan sebagai ilustrator media lokal. Naruo menyukai musik dan membentuk band bersama dua teman semasa kuliahnya, Billy (drummer) dan Kato (basis). Tidak ketinggalan ada kekasih Kato (Ai) yang juga berteman baik dengan Meiko. Kelima orang ini menjalin persahabatan dan sering bertemu satu bulan dua kali untuk bermain band.
Setiap kali bekerja, Meiko sering bertanya dengan dirinya apakah pekerjaan yang dia lakukan sudah sesuai yang dia inginkan. Dia merasa bosan dan tidak puas dengan kehidupan orang dewasa yang harus dia jalani. Sampai akhirnya, setelah mendapat dukungan dari Naruo yang setengah sadar karena baru bangun tidur, Meiko memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya demi meraih kebebasan (yang ternyata juga sama membosankannya dengan pekerjaan sebelumnya).
Di lain pihak, Naruo sendiri juga tidak menyukai pekerjaannya sebagai ilustrator media lokal. Dengan gaji kecil, dirinya merasa tidak bisa menikmati dan terpaksa melakukannya sebab dia lulusan seni. Hidupnya cenderung membosankan dan stagnan. Naruo lebih mencintai musik dan ingin sukses melalui jalur tersebut. Hanya saja dirinya memiliki ketakutan untuk melangkah dan takut atas kritikan. Pada akhirnya, setelah mendapat semangat dari Meiko, dirinya memutuskan berhenti bekerja dan mencoba lebih serius bermusik.
•••
Resensinya:
Saya meyakini bahwa kita–saya dan barangkali juga Anda–pernah berada dalam fase mempertanyakan apa yang ingin kita lakukan di masa depan. Bergelut dengan batin perihal eksistensi diri, impian, cita-cita, dan hal-hal lainnya yang sesuai dengan idealisme maupun harga diri; khawatir dan mulai menerka apa-apa saja yang bakal terjadi ke depan; dan masih beranggapan bahwa masa lalu menyenangkan, ketika bisa begini-begitu, bisa berekspresi begitu-begini dll. dll. dll.
Solanin, sebuah komik yang mampu menangkap dan merangkum perasaan kegundahan yang muncul tatkala memasuki usia dewasa muda. Buku ini seperti mengatakan: “Halo, selamat datang di dunia dewasa muda, Saudara-Saudara.”.
Kekuatan Solanin berupa ragam kompleksitas kehidupan pascakuliah, transisi peralihan dari kehidupan yang sebelumnya riang dan berwarna ke arah dewasa yang sesungguhnya: bertanggung jawab dan penuh kompromi. Berbagai kejadian kecanggungan-ketidaksiapan-ketidakpastian-kegelisahan yang melingkupi perihal masa depan dan jalan hidup tersaji dengan apik dalam komik ini. Rasa-rasanya sebagian besar manusia yang memasuki usia dua puluh pernah berada dalam fase tersebut: tekanan masyarakat, tuntutan kehidupan, galau memilih pekerjaan apa, bagaimana nantinya, apa yang harus saya lakukan, benarkah pilihan saya, benarkah keputusan saya, apakah saya sudah bahagia menjalaninya, dan masih banyak lainnya. Yah, namanya juga hidup dan kehidupan, ada sisi kerasnya juga, kalau enggak begitu enggak ada seni menjadi manusia, kan, hahaha.
Melalui kisah Meiko cs. penulis hendak menyampaikan kepada pembacanya perihal pikiran dan perasaan menuju kehidupan yang … biasa-biasa saja. Benar, biasa-biasa saja. Cerita dalam Solanin ini menitikberatkan pada adanya kemungkinan-kemungkinan untuk menjalani hidup yang biasa-biasa saja, yang layak, yang membenturkan antara kenyataan dan harapan, yang menunjukkan idealisme mengejar impian terkadang bisa terlindas oleh kebutuhan, yang makin dijalani itu–memang–makin membosankan.
Melalui hubungan Meiko dan Naruo, pembaca akan melihat pasangan muda yang tidak memiliki tujuan dan tidak tahu apa yang sedang mereka lakukan dalam hidup.Terombang-ambing dalam pertanyaan akan eksistensi diri sendiri dan masa depan, terjebak dalam masa lalu yang menyenangkan dan hubungan yang begitu-begitu saja, padahal waktu terus bergerak maju dan mereka berhadapan dengan masa depan tidak terduga.
Namun, Solanin tidak melulu berkutat pada persoalan quarter life crisis, ada sistem pendukung yang menguatkan para tokoh-tokohnya, yakni persahabatan di antara kelimanya yang membantu mereka pada akhirnya menemukan kemapanan pola pikir. Di samping itu, dalam pandangan saya, kisah dalam buku ini juga meyakinkan bahwa pada saatnya manusia pasti akan bertumbuh menjadi dewasa, meraih masa depannya masing-masing meski dalam keadaan serba ketidakpastian. Enggak apa-apa seandainya melakukan kesalahan, sebab kita manusia yang terus berproses untuk menjadi.
Tempo ceritanya memang lambat, tetapi justru dapat menggambarkan dengan baik emosi tokoh-tokohnya. Ceritanya sendiri tidak bisa saya katakan menyenangkan, sebab di tengah cerita ada kegagalan band mereka tidak diterima oleh label manapun, hanya diminta jadi band pengiring seorang model. Kemudian Naruo yang meninggal karena kecelakaan (karena banyak pikiran berkecamuk di kepalanya sehingga merasa memikul banyak beban. Wah, saya spoiler, hehehe) menyebabkan limbung orang-orang terdekatnya.
Banyak panel-panel berwarna hitam yang menggambarkan monolog para karakternya. Dialog dengan diri sendiri seputar kehidupan yang sedang dijalani, seperti mempertanyakan diri sendiri, ketakutan diri sendiri, keputusasaan diri sendiri, keyakinan diri sendiri. Meski terkesan suram, selain bisa merasakan perasaan si tokoh, saya melihatnya sebagai sebuah emosi positif yang melecut saya untuk lebih bersemangat dalam menjalani hidup dan lebih berkompromi dengan keadaan.
Komik ini jelas saya rekomendasikan, tidak hanya bagi mereka yang akan menapaki dunia dewasa baru, melainkan juga mereka yang masih remaja, maupun orang tua yang ingin sharing session dengan anak-anaknya. Bahasanya sederhana dan ringan. Ilustrasinya tidak berlebihan, realistis. Menyenangkan, kok, membaca komik ini.
Solanin, sebuah komik yang menjadi titik awal perjalanan manusia dewasa baru ketika berada di hadapan realitas dunia sesungguhnya. Pasti ada banyak kejutan di dalamnya yang kerap kali jauh dari yang kita harapkan.
Jadi, tertarik baca?
Tambahan: komik ini ada versi live action-nya, lho. Tayang tahun 2010 lalu.
•••
Kutipannya:
Terus terang banyak kalimat-kalimat filosofis dalam komik ini. Saya ingin menuliskan semuanya, tetapi apa daya karakter tidak mendukungnya, hahaha.
Dari apa yang kulihat, orang-orang dewasa itu hanyalah kumpulan orang yang berpikir “Yah sudahlah.” Biarpun perutku buncit, yah sudahlah. Biarpun bulu hidungku keluar-keluar, yah sudahlah. Kalau tidak bisa dapat, yah sudahlah. Biarpun aku tidak punya hati, yah sudahlah. Biarpun di suatu tempat di luar sana banyak orang mati karena perang atau bencana, asal kita bahagia, yah sudahlah. Karena kantor ini gajinya bagus, yah sudahlah. (Meiko)
Kalaupun kamu dihina orang. Kalaupun masa depanmu jadi begitu gelap hingga kamu enggak bisa melihat apa pun, kalaupun tempat yang kita tuju ternyata berada di ujung dunia sekalipun, kamu dan aku akan selalu bersama. Pokoknya, akan berusaha berbuat sesuatu agar kita bisa melaluinya. (Naruo)
Kebebasan tanpa tujuan itu ternyata membosankan …. Hal itu akhirnya kupahami setelah seminggu menjalani hari demi hari yang mengalir begitu saja tanpa hambatan apa pun. (Meiko)
Kalau sudah jadi anjing korporat, tamatlah kehidupan manusia! (Billy)
Apa sebenarnya arti dari dunia yang penuh kepura-puraan dan ketidakwajaran ini serta kita yang beradaptasi dengan itu malah merasa bosan? (Naruo)
Konon bakat dan minat itu enggak selalu klop. (Billy)
Meiko: Billy, apa sekarang kamu bahagia?
Billy: Aku enggak bisa jawab sekarang. Bukankah hal seperti itu baru bisa kita ketahui waktu kita mati?
Meiko: Kalau begitu, seandainya Billy mati sekarang, apa kamu puas dengan hidupmu? Apa arti hidup buat Billy? Apa kamu bisa dengan yakin mengatakan hidupmu saat ini memuaskan?
Billy: Pertanyaan Meiko yang ditanyakan kepadaku ini sebenarnya pertanyaan yang kamu tanyakan pada dirimu sendiri, kan?
Penampilan mudah diubah, tapi yang berhubungan dengan sifat sama sekali enggak berubah sedikitpun. (Ayukawa)
Jangan salahkan zaman karena enggak bisa menemukan apa yang harus disampaikan. (Kato)
Dalam hal apa pun, yang penting itu pengalaman. (Kato)
Bekerja untuk makan itu kan hal yang sudah seharusnya dilakukan manusia. (Ai)
Selama kamu bimbang, tidak akan ada kemajuan apa-apa. Lagipula soal kebimbangan manusia itu, mau dipikirkan sekeras apa pun enggak akan ada jawabannya. Kalau kamu ragu karena idealismemu itu seperti mimpi yang enggak realistis, bukankah lebih baik kalau kamu menyesal setelah melakukannya daripada menyesal karena enggak melakukannya? (Ai)
Mungkin bisa dibilang, kamu memilih pekerjaan yang enggak melukai harga dirimu, ya? Tapi mungkin itu masih lebih baik daripada jadi pengangguran karena memasang idealisme terlalu tinggi. Ada banyak orang yang enggak bisa memilih-milih pekerjaan untuk hidup. (Senior Naruo di media lokal)
Kota ini penuh orang. Entah besar atau kecil, semua orang pasti punya masalahnya sendiri-sendiri, ya …. Kira-kira berapa banyak orang yang bisa berkata kalau dia bahagia dari lubuk hatinya, ya? (Ai)
Apa kami akan kehilangan diri kami sedikit demi sedikit dengan berputar-putar tanpa tujuan seperti ini? (Ai)
Menjadi dewasa begitu saja tanpa alasan apa pun, apakah kita akan menerimanya atau terus menolaknya hingga akhir …? Mungkin itulah persimpangan jalan terbesar dalam hidup manusia. (Meiko)
Dulu, di tokoku, kamu pernah bertanya padaku, “Apa kamu puas dengan hidupmu sekarang?” dan “Apa itu kehidupan?” Kalau aku mulai menyebutkan keluhanku, enggak akan ada habisnya. Tapi buatku, hari ini luar biasa menyenangkan. Mungkin buatku, hidup itu yang penting dijalani saja. (Billy)
Manusia itu untuk menjalani hidup saja sudah sulit. Terlalu banyak hal yang bercampur aduk di dunia ini. Tapi aku berpikir pasti ada sesuatu yang berharga dalam hidup ini …. Aku ingin percaya itu …. (Naruo)
Karena orang tak boleh putus asa dengan begitu mudah. (Shigeko Honda)
Makin tua, tidur kita makin enggak lelap dan gampang terbangun, ya. (Ai)
Pada akhirnya, semua berjalan seperti seharusnya, ya. Menjadi bagian dari masyarakat itu ternyata sesuatu yang sehat. Semua orang mencapai tempat yang semestinya sesuai usahanya. (Ai)
.webp)
0 Komentar