I Sold My Life For Ten Thousand Yen Per Year


Menelisik kembali nilai perjalanan hidup manusia melalui transaksi jual-beli kehidupan: waktu, kesehatan, dan hidup.


Pernahkah terlintas dalam pikiran Anda jika hidup manusia bisa diberi harga?


Sepertinya menyenangkan, ya, jika kita bisa mendapatkan uang banyak  hanya dengan menjual sebagian dari sisa hidup yang kita miliki.


Jika mampu menakar, berapa nominal yang akan Anda sematkan untuk diri Anda sendiri?


Berapa pastinya nilai hidup Anda setelah dijual dan ditimbang? Mahal, kah? Murah, kah?


Mana yang akan Anda jual: hidup, waktu, atau kesehatan?


•••


Identitas buku:

Judul: I Sold My Life For Ten Thousand Yen Per Year (1-3)

Penulis: Miaki Sugaru/Taguchi Shouichi

Penerbit: m&c!

Tahun: buku 1-2: 2020, buku 3: 2021

Jumlah: 500 halaman (3 buku)

ISBN: buku 1: 9786230302008, buku 2: 9786230302589, buku 3: 9786230303647

Kategori: Komik


•••

⭐: 4.5/5


Blurbnya:

Buku 1

Masa kecil sebagai bintang kelas tak membuat hidup Kusunoki jadi sukses ketika dia beranjak dewasa. Kini, Kusunoki tinggal dalam apartemen sempit, dikelilingi barang-barang bekas, dan sering kelaparan. Gelapnya hidup yang dia jalani seolah mendapat setitik cahaya terang saat seorang memberitahunya ada pekerjaan sambilan yang bisa menghasilkan banyak uang. Syaratnya cuma satu, "menjual hidup".


Buku 2

Kusunoki membuat daftar hal-hal yang ingin dia lakukan sebelum mati. Sekarang dia hanya punya waktu 3 bulan untuk mewujudkannya. Salah satunya adalah bertemu Himeno, gadis yang selama 10 tahun ini dia rindukan. Berbekal alamat di surat, dia mendatangi rumah 

Himeno. Sanggupkah Kusunoki mewujudkan harapannya?


Buku 3

Musim panas yang pernah Himeno ramalkan hampir menjadi nyata. Prediksinya memang salah sebagian. Sampai akhir hayatku, aku nggak pernah kaya ataupun terkenal. Tapi prediksinya juga tepat sebagian. Kejadian yang sangat baik memang terjadi. Sesuai yang dia katakan, aku merasa bersyukur telah terlahir ke dunia ini.


•••


Gambaran besarnya:

Saat berusia 10 tahun, Kusunoki yang duduk di bangku SD adalah seorang bocah pintar, berbakat menggambar, tetapi enggan bergaul dengan teman-temannya kecuali satu orang: Himeno, gadis yang sama pintar seperti dirinya. Pada suatu waktu, keduanya mengukir sebuah janji: menikah, jika keduanya tidak laku, dan sama-sama mengharapkan pencapaian besar di masa depan.


Sepuluh tahun berlalu dan di usia 20 tahun, Kusunoki hanyalah seorang mahasiswa menyedihkan yang tidak memiliki harapan atas hidupnya sendiri. Kegagalan demi kegagalan dia rasakan. Dalam kebangkrutan, hanya kenangan atas janji masa kecilnya yang membuatnya bertahan. Dia tinggal di apartemen sempit sendirian serta senantiasa kekurangan makanan. Kusunoki mengalami kemiskinan yang memalukan.


Putus asa karena tidak memiliki cukup uang dan kelaparan, dia lantas menjual harta terakhir yang dia punya demi bisa makan. Berawal dari niat menjual buku di sebuah toko buku, kehidupannya mulai berubah. Sang penjaga toko mengarahkan Kusunoki pada sebuah tempat yang bisa mendatangkan banyak uang hanya dengan cukup menjual kehidupannya: pilihan antara waktu, kesehatan, atau hidup. Tidak disangka, saran yang sama pun dia dapatkan ketika menjual CD musiknya.


Terhimpit kebutuhan bercampur penasaran, Kusunoki pun melangkah menuju tempat yang dimaksud. Dirinya memutuskan menjual hidup saat seorang perempuan memberinya pertanyaan pilihan. Namun, alih-alih akan mendapatkan nilai tinggi, Kusunoki memperoleh kenyataan jika dirinya dihargai 10 ribu yen per tahun (Kurs saat tulisan ini dibuat: setara satu juta sekian puluh ribu rupiah) . Tidak bahagia dan tidak membahagiakan orang lain, tidak berguna, tanpa impian. Pertimbangan itu menyebabkan nilai Kusunoki terjun bebas. Menyadari tidak bernilai dirinya membuat Kusunoki akhirnya menjual sisa 30 tahun hidupnya dan hanya menyisakan 3 bulan saja. 


Saat menjalani 3 bulan terakhirnya, Kusunoki ditemani Miyagi, pengawas toko yang sebelumnya membeli hidup laki-laki itu, dan  memastikan dia tidak melakukan banyak masalah saat tekanan kematian kian mendekat. Untuk menghabiskan waktu, Kusunoki bertekad untuk mewujudkan satu per satu mimpi-mimpinya. Salah satunya yakni bertemu dengan Himeno.


•••


Resensinya:


Saya tidak yakin apakah akhir bahagia layak diberikan untuk kedua tokoh utama (Kusunoki dan Miyagi). Barangkali para pembaca yang sudah melahap tuntas buku ini ada yang berpendapat demikian. Namun, dalam pandangan saya, secara keseluruhan buku ini menyedihkan. Dari awal sampai akhir. Meski saya tidak menampik ada cerita manis di dalamnya.


I Sold My Life For Ten Thousand Yen Per Year merupakan manga/komik adaptasi novel Jepang berjudul “Three Days of Happiness” karya Miaki Sugaru yang terbit tahun 2013. 


Buku ini lebih banyak mengisahkan perjalanan Kusunoki menjelang kematiannya dan Miyagi selaku pengawasnya. Sebuah cerita yang menggambarkan kehidupan yang tragis sekaligus indah dalam waktu bersamaan. Penulis lebih menekankan betapa pentingnya menjalani masa kini dengan bahagia, sebab berpengaruh besar terhadap masa depan, bahkan dalam satu cerita mampu membuat nilai Kusunoki berubah sebelum dia menjual habis tiga bulan sisa hidupnya, hanya menjalani tiga hari saja.


Lambatnya tempo cerita dalam komik ini akan membawa pembaca mengenali betapa menyedihkan dan tidak bergunanya seorang Kusunoki. Laki-laki dewasa yang terjebak dengan nostalgia masa lalu dan bersikap sentimental terhadap sisa hidupnya. Namun, perlahan-lahan pembaca akan menyelami perkembangan karakter Kusunoki tatkala dirinya mulai bisa menyikapi kematiannya yang bergerak mendekat. 


Hal yang perlu diingat yakni penulis tidak menghadirkan konflik yang rumit atau besar, ya, Ges. Komik ini merupakan bacaan singkat dan cepat karena hanya 16 bab plus bonus 1 chapter dalam tiga buku saja. Namun, menurut pandangan saya dapat meninggalkan kesan mendalam. 


Membaca komik ini selain menghadirkan dunia yang tidak ramah bagi sebagian orang dengan membawa perasaan-perasaan merasa hidupnya tidak berarti, merana, membosankan, monoton, tidak memiliki masa depan cerah, suram, bisanya cuma gagal dan gagal; juga benar-benar akan mengajak pembacanya merenungkan berbagai pertanyaan yang sesungguhnya kerap kali kita pikirkan sepanjang hidup: Bagaimana perjalanan hidup kita di masa lalu dan sekarang? Sudah berfaedahkah kita bagi diri dan orang lain? Apakah kita sudah bahagia dan membahagiakan orang lain? Apa saja pencapaian kita di usia kita sekarang? Apa kontribusi kita untuk masyarakat? Singkatnya, ya, Ges: Seberapa besar nilai kehidupan kita untuk diri kita sendiri dan orang lain? Banyak? Atau sedikit?


Cerita dalam komik ini tidak melulu suram, dan menyakitkan. Ada bumbu romantis yang mewarnai kisahnya serta plot twist tidak terduga yang menghangatkan, tetapi menyedihkan.


I Sold My Life For Ten Thousand Yen Per Year, sebuah komik yang akan mengantarkan pembacanya melongok makna hidup dan menyelami betapa bernilainya kebahagiaan seseorang. Setidaknya, saya menjadi makin menghargai kehidupan..


Jadi … berapa harga hidupmu jika dijual?


Tertarik membacanya?


•••


Kutipannya:

Waktu kudengar mereka bersedia membeli hidupku yang langsung terlintas di kepalaku adalah pelajaran moral sewaktu di SD dulu. (Kusunoki, buku 1)


Waktu 3 bulan itu terlalu pendek untuk mengubah sesuatu. Namun juga terlalu lama untuk dilalui tanpa melakukan apa-apa. Bukankah lebih baik mengumpulkan kebahagiaan yang pasti meski cuma sedikit? Kau akan kalah kalau cuma memikirkan kemenangan. (Miyagi, buku 1)


Aku ingin mengubah persepsiku. Hanya karena kematian semakin dekat nggak lantas membuat dunia jadi terasa hangat padaku. Seharusnya aku sudah paham itu, tapi sepertinya ada sudut di dalam hatiku yang masih berharap. (Kusunoki, buku 1)


Kusunoki: Apa yang harus kulakukan supaya nilaiku tambah tinggi?

Penjaga Toko Buku: Kalau itu… satu-satunya cara adalah “melakukan”. Mewujudkan satu per satu apa yang ada di depan mata. (Buku 3)


Orang yang nggak bisa meraih  apa pun tapi menasihatkan kesuksesan, hanya akan membuatmu gagal. Kau nggak perlu mendengarkan saran dari manusia seperti itu. Orang yang sering gagal berbicara seolah bisa mengubah kegagalan jadi kesuksesan. Tapi mereka semua, termasuk aku keliru besar. Memperbaiki kegagalan bukan berarti bisa sukses, lho. Yang ada di sana hanya titik awal untuk memulai. Orang-orang yang gagal nggak menyadari itu. (Penjaga Toko Buku, buku 3)


… kalau kau mau mewujudkannya, pertama-tama, kau harus sehat. (Penjaga Toko Musik, Buku 3)




Posting Komentar

0 Komentar