Alice in Borderland


Selamat datang di perbatasan antara hidup dan mati. Detik-detik menjelang kematian. Terakhir. Waktu penghabisan. 


•••


Identitas buku:

Judul: Alice in Borderland (Volume 1)

Penulis: Haro Aso

Penerbit: Elex Media Komputindo

Tahun: 2022

Jumlah: 338 halaman

ISBN: 9786230036415

Kategori: komik, fiksi, thriller, survival game, psikologi, supernatural

Status: bersambung

Rating: 17+


•••

⭐: 4.5/5


Blurbnya:

Muak dengan kesehariannya yang membosankan, seorang siswa SMA, Ryohei Arisu, berkeliaran di kota malam-malam bersama teman-teman badungnya yaitu Karube dan Chota. Tiba-tiba seluruh kota diselimuti cahaya kembang api raksasa dan saat ketiganya tersadar, semua manusia di sekitar mereka menghilang… Malamnya, mereka tidak sengaja memasuki sebuah kuil dan terdapat pengumuman tentang dimulainya Game. Mereka harus menghadapi aneka soal tak masuk akal di mana salah langkah sedikit saja, nyawa mereka melayang. Saat itu, kemampuan terpendam Arisu bangkit…


•••


Garis besarnya:

Ryohei Arisu dan Chota Segawa merupakan teman satu SMA yang sama-sama bersahabat dengan Daikichi Karube, teman mereka yang tidak melanjutkan sekolah dan memiliki kedai minuman. Arisu yang tidak memiliki tujuan dan tidak bahagia dengan hidupnya—karena sang ayah selalu membandingkan dengan adiknya yang lebih berguna dan bisa diandalkan—berharap bisa pergi ke dunia lain dan menjalani kehidupan baru yang jauh lebih menarik.


Siapa sangka pada suatu subuh tatkala usai berkeliaran tidak jelas di kota, mereka bertiga 

mendapati kembang api bersinar terang dan menyelimuti seluruh kota. Kemudian ketika tersadar, ketiganya sudah berada di dunia yang jauh berbeda. Kota yang sama, tetapi tidak ada seorang pun dengan kondisi kota yang seperti terbengkalai atau ditinggal selama bertahun-tahun.


Ketiganya lantas mengembara dan hanya menemukan sepi, tumpukan debu, dan makanan yang kedaluarsa sampai mereka menemukan area festival yang terang penuh dengan makanan baru dan toilet yang berfungsi. Tatkala ketiganya memasuki tempat tersebut, mereka telah terjebak dalam sebuah sistem permainan yang memaksa mereka untuk memainkan dan memenangkannya. Sebuah tempat bernama Borderland dengan konsep permainan sederhana: jika menang mereka hidup, jika kalah mereka akan mati betulan. Jika menang akan mendapatkan visa yang tertulis jumlah hari mereka bisa menetap dan bisa diperpanjang dengan ikut permainan lagi, tetapi jika visa habis dan tidak diperpanjang maka akan mati terkena sinar laser yang turun dari langit.


•••


Resensinya:

Ini komik perihal permainan bertahan hidup. Jika Anda pernah membaca Battle Royale, Judge, Doubt, Gantz, maka Alice in Borderland memiliki premis yang mirip-mirip. Perbedaannya barangkali jika tiga judul pertama langsung aksi di dunia nyata, judul keempat kejadiannya setelah para tokoh mati, maka Alice in Borderland berada pada dunia paralel yang entah di mana. Atau barangkali belum membaca semua judul tersebut, tetapi pernah menonton atau mendengar Alice in Borderland di Netflix atau Squid Game? Nah, nah, nah, mirip-mirip ya secara premis: bertahan hidup.


Level Komik (masih satu lini dengan Elex) pernah menerbitkan komik ini pada tahun 2013 dan kini Elex menerbitkan kembali dalam format premium 2-in-1 alias dua volume menjadi satu, kertas bookpaper, jelas cetakannya, dan gambar yang tajam. 


Menyenangkan membaca komik ini sebab panel-panelnya rapi, warna tone yang mengikuti ketegangan kisahnya: saat kondisi santai cenderung tipis dan terang, tetapi ketika tensi cerita meningkat maka lebih tebal, gelap, dan terkadang kasar terkadang pula detail dan rapi yang menyebabkan saat-saat menegangkan kian terasa lebih mendebarkan, mencekam, dan tanpa harapan. 


Volume pertama komik ini masih berputar pada pengenalan tokoh beserta karakternya dan cara permainan itu berjalan. 


Ryohei Arisu menjadi karakter utama yang cenderung zero—payah, bodoh, tidak bisa diharapkan, dibanding-bandingkan dengan saudaranya yang pintar; keberadaannya nyaris nihil—di dunia sebelumnya. Kisah kehidupan keluarganya menghantui Arisu di sepanjang komik menyebabkan pergerakan cerita menjadi lebih lambat. Namun, meski sempat gentar mengikuti permainan, Arisu rupa-rupanya memiliki kemampuan observasi dan analitik cepat yang bisa diandalkan tatkala permainan itu berjalan kian menegangkan.


Padahal baru volume awal, tetapi memantik rasa penasaran saya: apakah Arisu nantinya bakal menjadi from zero to hero dan apakah mereka bakal saling bantai demi bertahan hidup atau bisa keluar bersama-sama? Yah, namanya juga masih volume awal, jadi harus saya redam dulu perasaan itu, hahahaha.


Karakter lain yang terlibat termasuk lumayan. Beberapa terlihat unggul dan yang lain tereliminasi dengan sendirinya melalui kematian yang menimpanya. Belum terlalu terlihat perkembangan karakter sebab dalam pandangan saya volume pertama ini lebih menonjolkan plot dan mengenalkan mekanisme permainannya. 


Selama membaca, Anda setidaknya akan mendapatkan sistem untuk bertahan hidup dalam dunia tersebut: memenangkan permainan, apa yang terjadi jika menolak berpartisipasi, dan harus mendapatkan poin visa sebanyak-banyaknya sebab satu poin visa sama dengan satu hari tinggal. Selain itu, pembaca juga akan mengetahui bagaimana penentuan permainan itu berjalan yang berdasarkan kartu remi: makin tinggi angkanya maka makin sulit; dan pola klasifikasi simbolnya: sekop berarti tipe fisik, wajik berarti intelegensi, keriting itu seimbang antara otot dan otak, dan hati cenderung brutal dan membabi buta. 


Meski demikian, dunia dalam Borderland ini masih belum jelas, masih menyisakan banyak pertanyaan seperti bagaimana tata cara dunia itu berlaku, siapa yang mengatur semua permainan, mengapa, siapa yang menjatuhkan sinar laser yang menembus ujung kepala hingga kaki. Akan tetapi … sekali lagi, ini masih komik pertama, hahaha.


Selanjutnya, ada dua permainan yang bergulir pada buku ini yang dalam pandangan saya tergolong seru. Keduanya sama-sama mendebarkan dan penulis mampu menggiring perasaan pembacanya untuk cepat-cepat membalik halaman agar mengetahui kelanjutan ceritanya. Lebih mengasyikkan lagi tatkala setiap pemain menampilkan strategi yang berbeda dan penulis mengeksekusinya dengan baik setiap taktik para pemain dalam porsi yang tepat. Pembaca jelas tidak sekadar melihat aksi tokoh-tokohnya yang berbeda melainkan juga menakar kemampuan para karakternya ketika mengikuti permainan. Itu belum termasuk akhir permainannya yang memukau.


Permainan pertama membawa trio Arisu terjebak dalam Borderland berupa mengambil ramalan keberuntungan dan menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas tersebut. Kalau jawaban salah bakal kena tembakan panah api sejumlah kesalahannya. Permainan kedua yang bernama “Setan-Setanan” ini yang mencekam ketika para pemain harus berhadapan dengan pembunuh berantai bertopeng kepala kuda yang membawa senjata api. Semua permainan ini memiliki waktu yang telah ditentukan dan jika tidak berhasil maka mati.


Tempo cerita meski sempat lambat, tetapi saat permainan berjalan mulai meningkat dengan cepat. Melalui dua permainan awal inilah pembaca akan mengenal mekanisme permainan melalui kartu remi dan apa taruhannya jika tidak ikut serta berpartisipasi seperti yang saya tulis sebelumnya.


Untuk volume awal, Alice in Borderland menarik bagi para penggemar thriller maupun mereka yang menyukai bacaan survival game. Terus terang saya lebih menantikan permainan demi permainan dalam volume-volume berikutnya. Saya meyakini pasti lebih beragam, kreatif, menegangkan, dan tidak disangka-sangka. Meski belum bisa berkomentar banyak perihal karakter yang muncul walau penulis menampilkan kilasan masa lalu beberapa tokohnya, saya juga penasaran dengan perkembangan karakternya dan ke mana arah cerita ini berakhir. Apakah Arisu-Karube-Chota akan selamat semua dan keluar hidup-hidup? Sayangnya seringkali saya membaca tema-tema semacam ini, hal tersebut belum pernah terjadi. Kalau saling bunuh malah iya, hahaha.


Tertarik baca atau malah sudah nonton serial live action-nya?

Btw, komik ini sudah terbit sampai volume 4 (masih bersambung), saya akan meresensinya kembali setelah lengkap semua sampai tamat.


•••


Kutipannya:

Cuma matahari yang menyinari semua makhluk dengan setara. Baik yang pintar maupun yang bodoh … sama-sama menyongsong hari esok (Ryohei Arisu)


Kalau mau hidup … yang tegar, Arisu!! (Daikichi Karube)


Di duniaku dulu … manusia nggak dianggap kalau nggak bisa mengungguli manusia lain … nggak ada harganya kalau nggak mampu meraih lebih baik daripada manusia lain … kau seperti nggak memenuhi syarat … sebagai makhluk hidup. (Arisu)


Di belahan dunia mana pun atau di depan mata pun … tak ada yang peduli berapa yang akan mati asal diri sendiri selamat. Itulah manusia, kan? (Shuntaro Chishiya)




Posting Komentar

0 Komentar