Brother for Rent


Ketika kakak kandung tidak lagi menyayangimu dan memilih mengabaikanmu.

•••

Identitas buku:

Judul: Brother for Rent (1-4)

Penulis: Hako Ichiiro

Penerbit: Akasha (m&c!)

Tahun: 2022

Jumlah: 820 halaman (4 buku)

ISBN: 9786230307829/8376/8802/9175

Kategori: fiksi (komik), kekerasan, perundungan, broken home, kasih sayang.


•••

⭐: 4.5/5


Blurbnya:

Buku 1

Setelah kepergian ayah dan ibunya, kakak Kanami berubah drastis. Dia bukan lagi kakak yang lembut dan penyayang. Kanami yang sedih dan kesepian sangat merindukan kelembutan sang kakak. Untuk mendapatkan kembali saat-saat nan hangat dan bahagia bersamanya, akhirnya Kanami merental seorang “kakak” dengan sejumlah uang.


Buku 2

Hanya ketika bersama “Kakak”, dunia terasa lebih bersahabat. Setelah orangtua Kanami meninggal dunia, kakaknya berubah drastis dan di sekolah pun Kanami selalu sendirian. Bagi Kanami yang kesepian, kenyataan terasa sangat menyakitkan. Satu-satunya yang memperlakukan Kanami dengan lembut adalah “Kakak” yang disewanya dengan sejumlah uang. Kemudian Kanami pun bertemu dengan sahabat-sahabat sang “Kakak”, sehingga dunia pun terasa semakin bersahabat...


Buku 3

Kanami selalu disakiti oleh Kak Kazutaka, satu-satunya anggota keluarganya yang masih tersisa. Karena kasihan melihat Kanami selalu disakiti kakaknya, Makoto kemudian berperan menjadi kakak Kanami melalui perjanjian sewa. 


"Walaupun harus menyewa, aku tidak keberatan. Aku ingin kamu di sisiku."


Buku 4

Makoto ingin mengobati luka hati Kanami. Akan tetapi, Kanami makin terluka oleh kakak kandungnya. Tak sanggup menyaksikan itu,, akhirnya Makoto berkata, "Kanami, tinggallah bersamaku". Kisah antara sang gadis dan "kakak" yang baik ini telah tiba di akhir yang mengharukan!


•••


Garis besarnya:

Kanami, duduk di bangku SD, barangkali usianya sekitar 10-12, kehilangan sosok kakak kandungnya, Kazutaka, yang baik hati dan lembut setelah kematian kedua orangtua mereka karena kecelakaan. Sang kakak kerap bersikap kasar (menampar, membentak), tidak peduli, bahkan memilih menyendiri dan menjadi pemarah. Karena kesepian dan tidak diperhatikan, Kanami yang meratapi kesendiriannya bertemu dengan Makoto, mahasiswa yang tidak sengaja melihatnya menangis di taman. Seolah mendapati bayangan dirinya saat masih kecil, Makoto tidak bisa mengabaikan Kanami begitu saja. Sejak itu dimulailah kebersamaan Kanami-Makoto sebagai “saudara”. Kanani membayar waktu Makoto selama bersama dengannya dalam durasi waktu tertentu untuk menjadi “kakaknya”, meski sesungguhnya laki-laki itu terpaksa menerima setiap lembar uang yang diberikan untuknya. Di lain pihak, Kazutaka yang mengetahui kegiatan Kanami tersebut makin tidak menyukai dan lebih mengabaikan adiknya.


•••


Resensinya:

Tergelitik dengan judulnya, saya otomatis mencomot komik ini dari rak buku di Gramedia. Brother for Rent? Ada sewa saudara, kah? Atau ada semacam perusahaan yang menjual jasa kakak-adik bohongan? Jelas pertanyaan itu terlintas di kepala meski blurbnya tidak mengandung muatan demikian. Saat mengamati kovernya, pikiran saya pun menerka akankah ada hubungan romansa beda usia dari kedua tokoh?


Seusai membaca keempat bukunya, ceritanya memang ada unsur sewa, tetapi tidak ada kisah cintanya, dan yang lebih penting lagi ternyata jauh dari kata ceria.


Di rumahku, ada gunungan sampah yang tidak akan menghilang seberapa pun besarnya usaha untuk membereskannya. Ada kakak yang tidak mau keluar dari kamar. Sepeninggal papa dan mama, aku tidak bisa memasukkan seorang pun ke dalam rumah ataupun hatiku. (Kanami, buku 1)


Trigger warning: buku ini mengandung muatan kekerasan dalam rumah tangga, intimidasi, dan kejadian traumatik lainnya.


Brother for Rent termasuk komik yang cenderung bernuansa kelam dan suram, meskipun ada kehangatan di dalamnya. Hubungan antarsaudara kandung menjadi tema komik ini dan penulis merajut jalan ceritanya lebih ke arah memilukan: kesepian, kesendirian, kehilangan, dan kepedihan-kepedihan lainnya yang bermuara pada kesedihan sang tokoh utama. Seolah tidak cukup merana, penulis pun masih menghadirkan persoalan lainnya yakni hubungan pertemanan dengan teman sebaya maupun ketakutan untuk membuka diri dan percaya kepada orang lain.


Dalam pandangan saya, kisah dalam buku ini ngena sebab menggunakan sudut pandang tokoh utama yang masih bocah. Pembaca akan merasakan rasa geram tatkala seorang laki-laki, yang merupakan kakak kandungnya, alih-alih menyayangi malah menyakiti dan mengabaikannya. Perasaan jungkir balik tersebut akan teredam dengan hadirnya “kakak rental” yang memberikan banyak waktu pengganti dengan bepergian ke mana-mana dan menikmati apa pun, tetapi belum cukup mampu untuk menghadirkan kebahagiaan bagi tokoh utama yang berharap sang kakak kembali seperti dulu: penuh kasih, lembut, dan hangat.


Penulis begitu apik dalam merangkai cerita sehingga pembaca akan terbawa oleh pelbagai emosi dalam kisahnya: dalam sekejap senang dan bahagia kemudian di lembar berikutnya terbanting dengan rasa kesal. Layaknya koin yang memiliki dua sisi, komik ini pun sama: manis dan pedih. Manis tatkala Kanami bersama Makoto, sang kakak sewaan. Pedih saat Kanami dengan Kazutaka, kakak kandungnya. Untaian alur tersebut terus terjadi di sepanjang buku sampai pada akhirnya pembaca akan mengetahui alasan sikap-sikap menyebalkan yang selama ini sang kakak kandung lakukan. Penulis berhasil menggambarkan sebab akibat persoalan antartokoh serta latar belakangnya dengan baik.


Cukup banyak pesan yang saya dapatkan usai membaca komik ini. Meski tokoh utamanya anak-anak, kisahnya terlalu kompleks. Sebut saja: sebagian orang bisa saja mendapatkan kebahagian di tempat lain tatkala tidak menemukannya di dalam rumah atau di dekat orang terkasih, mencari pelarian di tempat asing (konteksnya tidak yang jelek, ya. Dalam hal ini yang mengalami peristiwa serupa Kanami) oleh sebab itu, menciptakan kehangatan dan kenyamanan di dalam tempat tinggal serta jadilah rumah bagi orang lain itu perlu; kekerasan verbal dan intimidasi yang dilakukan orang tua kepada anak berdampak pada mental sang anak, belum termasuk penindasan yang dialami di sekolahan membawa pengaruh besar pada cara bersikap dan cara pandang korban. Fenomena ini tentunya masih kerap terjadi di banyak tempat.


Tidak selamanya kelam, komik ini juga menebar rasa kasih sayang dan tolong menolong kepada sesamanya, memberikan optimisme dan harapan, mengajak untuk berani melaporkan segala bentuk perundungan. Jangan lupakan pula bahwa lingkaran pertemanan menjadi satu hal penting selain keluarga dalam membentuk karakter seseorang, termasuk menyokong dalam kegiatan-kegiatan positif untuk mengurangi beban trauma.


Dengan visual karakter yang menarik, dialog yang sederhana lagi ringan, tokoh yang tidak terlalu banyak jadi mudah diingat, dan panel yang minim gambar alias kebanyakan putih, pembaca tidak memerlukan waktu lama untuk menamatkannya. Perkembangan karakternya terlihat cukup baik dari awal hingga akhir cerita. Oh iya, hanya saja saya merasa kisahnya agak tergesa-gesa pada buku keempat, barangkali kalau lebih panjang satu buku lagi maka lebih nampol. Meski demikian, secara keseluruhan komik ini idenya menarik, eksekusinya oke, dan akhir kisahnya bagus dan sesuai.


Jadi gimana, penasaran, kah?


•••


Kutipannya:

Sendirian tanpa ada keluarga yang mau memahami itu … benar-benar berat. (Buku 1)


Berteman dan menaruh kepercayaan itu butuh waktu. (Buku 2)


Buatlah orang-orang di sekitarmu tersenyum. Dengan begitu, ke mana pun kamu pergi, semuanya akan baik-baik saja. (Buku 2)


Siapa pun juga pasti sedih kalau perasaannya yang tulus malah diabaikan. (Buku 2)


Keinginan untuk mengubah sesuatu itu … ada kalanya memerlukan waktu yang sangat panjang. Kalau kamu melupakan hal itu dan capek karena hasilnya tidak cepat terlihat, pasti kamu sendiri yang nantinya menderita … dan itulah hal yang paling menakutkan. Karena itu, ingatlah, kamu tidak perlu tergesa-gesa. Lakukan saja pelan-pelan. (Buku 3)





Posting Komentar

0 Komentar